Menjawab Masa Depan Pendidikan Indonesia dengan Porsi Kesetaraan


15757Sejarah panjang pendidikan di Indonesia tidak akan pernah terlepas dari beberapa tokoh yang sangat mengutamakan pendidikan, karena dengan pendidikan yang baik, suatu negara akan dapat bersaing dengan negara lain secara kompetitif. Tokoh pendidikan Indonesia sangat banyak dan berikut adalah beberapa diantaranya:  
Ki Hajar Dewantara adalah salah satu anak bangsa Indonesia yang begitu mencintai pendidikan hingga mampu merubah wajah pendidikan indonesia pada zaman kemerdekaan. Beliau mendirikan taman siswa untuk sarana belajar anak-anak harapan bangsa agar terbebas dari kebodohan.
Selain Ki Hajar Dewantara ternyata ada salah satu pahlawan yang dikenal sebagai ‘ibu pendekar bangsa’ yakni Raden Ajeng Kartini. Kartini muda menuntut persamaan hak dalam pendidikan, dimana kala itu yang berhak merasakan pendidikan adalah kaum laki-laki sementara perempuan tidak. Seruan beliau sangat menggugah hati para wanita kala itu untuk berani mengikuti pendidikan dan keluar dari keterbelakangan.
Kartini menyuarakan betapa pentingnya pendidikan untuk semua manusia. Berikut adalah salah satu perkataan kartini yang sangat menyentuh.  “Pergilah! Laksanakan cita-citamu. Kerjalah untuk hari depan. Kerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindih paham-paham yang palsu tentang mana yang baik dan mana yang jahat. Pergi, pergilah! Berjuanglah dan menderitalah. Tetapi bekerjalah untuk kepentingan yang abadi.”
Perjalanan bangsa yang awalnya buta huruf tapi optimis terhadap kemerdekaan dan percaya kepada negara, lalu wajahnya berbanding terbalik hari ini penduduk indonesia yang sekarang lebih melek huruf dan teknologi namun pesismistis terhadap kemerdekaan dan negara. Pasti ada tatanan yang salah dalam kehidupan bernegara saat ini.
Suatu negara dapat dikatakan maju dan tidaknya dapat diukur lewat kualitas pendidikan. Pendidikan seakan menjadi tolak ukur yang mencerminkan kehidupan suatu  bangsa. Saat ini pendidikan di negara kita masih harus bekerja lebih keras agar kualitasnya sejajar dengan bangsa bangsa lain di dunia.
Hari ini pendidikan di Indonesia masih terus berkembang menuju arah yang lebih baik. tentu saja untuk menjadikan pendidikan sempurna dalam berbagai lini itu tidak mudah, butuh kerja keras dan gotong royong semua golongan.
Berbicara mengenai akses pendidikan yang  berkeadilan tentu menjadi impian bagi seluruh peserta didik atau anak-anak Indonesia, dimana mereka memimpikan asas ini sudah sangat lama dan nampaknya masih belum terealisasi dengan baik.
Untuk menyasar itu semua  butuh inovasi yang serius dari pemerintah agar terselenggaranya pendidikan yang baik. Ada satu hal yang menarik dimana inovasi itu belum terjadi bagi pendidikan kita, Indonesia masih menggunakan metode konfensional dalam hal ujian nasional, walaupun akhir-akhir ini sudah tidak seratus persen karena dipadukan dengan nilai-nilai dari ujian sekolah. Republik ini belum memiliki terobosan yang serius dalam hal kelulusan, bayangkan metode ujian nasional kita menurut sumber http://news.okezone.com/read/2013/09/23/560/870147/ini-lho-awal-mula-ada-ujian-nasional Sistem UN sudah ada sejak 1950. Whaaattt??
Membidik Persoalan dan Mencari Solusi
Pendidikan belum berjalan dengan baik khususnya daerah-daerah terpencil. Berikut adalah contoh kecil dari saya untuk pendidikan di Indonesia. Sekolah Luar Biasa (SLB) atau Sekolah Khusus (SKh) adalah lembaga yang sampai hari ini tidak tersentuh dengan keadilan dan kesetaraan. Murid sekolah luar biasa seolah menjadi bagian kelas “dua” yang tidak perlu dilihat. Sarana dan prasarana sekolah juga masih terbilang seadanya, yang ada dibenak pemerintah yang penting mereka dapat bersekolah.
Sekolah luar biasa tentu memiliki banyak keunikan dalam hal peserta didik, mereka teridiri atas, Tunanetra (A), Tunarungu (B), Tunagrahita (C), Tunadaksa (D), dan Autisme. Setiap karakteristik itu membutuhkan sentuhan yang berbeda-beda agar terlayani dengan baik.
Periode April dalam kalender pendidikan adalah periode ujian nasional, sekolah luar biasa juga ikut ambil bagian dalam hal ini. Lalu permasalahannya dimana? Mari kita bedah satu-persatu.
  • Ujian Nasional untuk tunanetra (A) sangat tergantung dengan adanya soal yang memiliki audio (suara) karena indera yang dioptimalkan adalah pendengaran. Sudahkah disediakan?
  • Ujian Nasional untuk tunarungu (B) sangat berharap pada soal dengan isyarat. Saya menginginkan ada monitor atau komputer, dimana soal-soal ujian itu tidak dalam bentuk teks melainkan murni dengan isyarat. Sediakan ini!
  • Perlu diketahui bahwa tunarungu sangat terbatas dengan konsep, karena bahasa sehari-hari mereka menggunakan isyarat bukan tulisan.
  • Tunagrahita dalam hal ini tidak berpartisipasi dalam Ujian Nasional tetapi bukan berarti pemerintah “lepas tangan” kepada mereka. Tunagrahita dalam pembelajaran membutuhkan alat peraga hal ini disebabkan oleh keterbatasan intelektual.
  • Tunadaksa secara kasat mata dalam Ujian Nasional tidak memiliki banyak masalah yang signifikan hanya saja pemerintah perlu membangun sekolah yang akses bagi penyandang kursi roda ataupun jenis-jenis ketunaan yang lain.
Contoh ini adalah sebagian kecil permasalahan yang ada pada dunia pendidikan, saya yakin bahwa pemerintah kedepan sangat serius untuk meningkatkan kualitas pendidikan negara kita. Apabila akses bagi sekolah luar biasa sudah terpenuhi dengan baik maka secara tidak langsung sekolah umum akan mengikuti dengan sendirinya.

Komentar